Monday 10 August 2015

10 Aksi Perampokan Paling Besar Di Internet


10 Aksi Perampokan Paling Besar Di Internet - Perampokan dengan metode konvensional seperti mendatangi bank secara langsung dan menodongkan senjata nampaknya sudah ditinggalkan dan tersisa di film film Hollywood saja. Sistem keamanan perusahaan atau bank yang semakin ketat dan canggih membuat usaha pembobolan bank menjadi hal yang mustahil untuk dilakukan atau penuh dengan resiko. Tetapi, perkembangan internet memberikan celah tersendiri bagi para perampok untuk beraksi di dunia maya.


Apalagi yang lebih aman selain merampok uang atau sekedar data penting seperti password lewat internet? Selain, wajah yang tidak terdeteksi, para perampok dunia maya dapat dengan mudah menghilang tanpa meninggalkan identitas apapun. Sejak mulai tersebar luas sejak tahun 1980an, terdapat kasus kasus perampokan internet yang paling menggemparkan sekaligus paling sukses yang tercatat hingga sampai saat ini. Para hacker tidak hanya mencuri data penting saja, namun juga uang yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah.

Berikut adalah 10 Aksi Perampokan Paling Besar Di Internet yang tercatat diThe Richest.

1. Pencurian 1,2 miliar username dan password oleh hacker Rusia


Pertengahan tahun ini terjadi kepanikan massal terkait isu pencurian data internet terbesar sepanjang sejarah, yakni pencurian 1,2 miliar username dan password dalam skala global. Kasus perampokan internet ini kabarnya didalangi oleh sebuah organisasi kriminal asal Rusia. Tak kurang dari 420.000 situs telah berhasil diperah data data penting penggunanya. Mulai dari situs situs kecil hingga situs situs perusahaan besar berhasil ditembus.

Menurut informasi dari beberapa media, ada 500 perusahaan besar yang situsnya berhasil diretas oleh hacker organisasi kriminal tersebut. Untungnya, seluruh data tersebut dipakai untuk menyebar pesan atau email spam saja. Pemerintah Rusia pun kabarnya juga tidak berkaitan dengan aksi penjarahan internet berskala global tersebut.

2. Perampokan bank Sumitomo Mitsui


Kembali ke tahun 2004, terdapat kasus yang tak kalah menggemparkan yang berhubungan dengan kasus pencurian bank via internet. Saat itu korbannya adalah bank asal Jepang bernama Sumitomo Mitsui. Pencurian uang bank Mitsui tidak dilakukan di Jepang melainkan lewat bank cabangnya di London, Inggris. Sekelompok hacker dilaporkan berhasil mencuri uang dengan jumlah besar, hingga USD 420 juta atau Rp 5 triliun! Mereka berhasil menembus sistem keamanan bank Mitsui dengan menggunakan sebuah spyware bernama keyloggers.

Mereka juga berencana untuk membagi uang tersebut ke 10 rekening bank yang berbeda untuk mengamankan hasil rampokannya. Aksi cepat dari pihak terkait berhasil menangkap salah satu hacker berkebangsaan Israel bernama Yeron Belondi yang diikuti oleh hacker lainnya. Belondi berhasil ditangkap saat berusaha mengirimkan USD 27 juta ke salah satu bank di Israel.

3. Pencurian Rp 550 miliar dari kartu kredit


Sekali lagi aksi peretasan membawa korban beberapa bank yang melayani jasa kartu kredit. Beberapa hacker diketahui mendaftarkan diri lewat beberapa layanan kartu kredit sekaligus, sebelum akhirnya mengeksploitasi kartu kartu tersebut. Kelompok hacker yang tergabung dengan lingkaran mafia global tersebut meretas sistem bank bank untuk meningkatkan jumlah uang di kartu kredit prabayar yang mereka dapatkan sebelumnya.

Yang lebih mencengangkan, mereka mengutus beberapa penjahat lain untuk menarik uang dari mesin ATM di berbagai belahan dunia menggunakan kartu kredit tadi agar tidak mudah dilacak. Sekitar delapan orang berhasil ditangkap di New York saat mencoba mendapatkan USD 2,7 juta dari dua ATM berbeda. Bahkan, setelah melakukan interograsi terhadap delapan orang tersebut, total dana yang berhasil dicuri mencapai USD 45 juta atau Rp 550 miliar lebih.

4. Pembobolan bank Swedia dengan virus Trojan


Sebuah bank di Swedia bernama Nordea pada tahun 2007 menjadi korban kekejaman awal virus Trojan baru yang didesain untuk mencuri detail rekening dan password korbannya. Pihak bank menyatakan bila terdapat lebih dari 250 nasabah yang terkena dampak pencurian online tersebut. Pelaku pencurian yang kabarnya didalangi oleh kelompok mafia Rusia tersebut kabarnya berhasil mencuri uang nasabah mencapai Rp 12 miliar lebih.

Virus Trojan berfungsi mencatat aktivitas perbankan yang dilakukan oleh nasabah yang menggunakan komputer. Metodenya cukup sederhana, virus itu bisa mendapatkan rekaman angka atau huruf yang diketik di keyboard oleh pengguna saat memakai situs Nordea. Sebagai pengalih perhatian, para hacker akan menampilkan pemberitahuan pada nasabah apabila situs Nordea tengah down saat data berupa username dan password telah dimasukkan.

5. Perampokan tunggal bank oleh hacker Soldier


Memakai nama samaran Soldier, seorang hacker berhasil membobol tiga bank sekaligus, sendirian! Ketiga bank tersebut adalah Chase, Wells Fargo, dan Bank of America. Dari ketiga bank tersebut, Soldier berhasil membobol rekening 3.500 nasabah. Perharinya, Soldier bisa mendapatkan kurang lebih Rp 200 juta. Selama enam bulan beroperasi, Solider berhasil mencuri dana hampir Rp 40 miliar.

Soldier memanfaatkan sebuah virus toolkit bernama SpyEye untuk membobol situs ketiga bank tersebut. Yang tak kalah cerdik, hacker tersebut mengirimkan uang tersebut ke dua nasabah terlebih dahulu sebelum ke dirinya. Sehingga kasus ini cukup sulit untuk dideteksi dan terlihat seperti perputaran uang bank yang sah.

6. Pencurian Bitcoin Rp 15 miliar


Sebagai mata uang baru, Bitcoin menjadi sasaran empuk bagi para hacker. Mata uang digital yang jamak digunakan untuk transaksi online tersebut memang tidak memerlukan akses perizinan ke bank bank utama negara negara di dunia.Sayangnya beberapa waktu lalu, salah satu server penyedia dan penyimpan Bitcoin, inputs.io telah diretas oleh hacker.

Hacker tersebut menggunakan email berisi virus yang dapat membuat kesalahan sistem pada server utama. Akibatnya, Bitcoin senilai 4100 BTC atau setara dengan Rp 15 miliar berhasil dicuri. Mengingat Bitcoin memang sangat sulit untuk dilacak, peluang menemukan pencuri pencuri Bitcoin menjadi sangat sulit. Oleh sebab itu, banyak pihak yang menyatakan Bitcoin adalah mata uang yang sangat rentan terhadap pencurian.

7. Pencurian data masif penduduk Arizona, Amerika


Para hacker jahat atau pelaku kejahatan dunia maya tidak hanya menyasar nasabah bank atau bank saja, tetapi penduduk biasa pun bisa menjadi sasaran empuk, terlebih beberapa mempunyai pertahanan yang lemah terhadap serangan seperti itu. Arizona, salah satu negara bagian di Amerika, menjadi saksi saat hacker yang tidak diketahui identitasnya berhasil mencuri data data penduduknya.

Ya, dari setiap 100.000 warga Arizona, 149 di antaranya dilaporkan dicuri identitasnya. Dengan mendapatkan data warga yang berisi email dan lain-lain, hacker dapat menyamar menjadi pelaku pajak dan membajak pengembalian pajak yang seharusnya menjadi milik warga Arizona. Meskipun keuntungan yang dihasilkan tidak langsung bernilai jutaan dolar, namun aksi tersebut tetap dapat memberikan keuntungan bagi hacker hacker tersebut hingga puluhan juta rupiah dalam sekali beraksi.

8. Perampokan internet Rp 2,5 tiliun oleh hacker hacker belia


Tidak ada yang menyangka bila remaja dapat merepotkan sebuah badan intelijen seperti FBI. Beberapa tahun yang lalu, FBI melaporkan bila terdapat sekelompok jaringan hacker internasional yang telah berhasil mencuri uang via dunia maya hingga USD 205 juta atau hampir mencapai Rp 2,5 triliun!.

Berdasarkan investigasi lebih lanjut, anggota anggota jaringan hacker tersebut ternyata masih berusia belia, dengan anggota paling tua hanya berumur 22 tahun.Sementara lainnya hanyalah remaja berusia belasan tahun. Total anggota kelompok hacker yang berhasil ditangkap mencapai 28 orang. Sementara itu, salah satu anggota termuda yang dikenal degan nama Mir Islam alias JoshTheGod ternyata juga dikenal sebagai anggota jaringan hacker UGNazi.

9. Peretasan perusahanan TJX oleh hacker legendaris


Salah satu kasus peretasan paling terkenal yang menyeret nama hacker legendaris, Albert Gonzales, adalah kasus hacking database jaringan perusahaan TJX. TJX adalah perusahaan perdagangan yang membawahi perusahan retailer seperti TJ Maxx, Marshall's, dan HomeGoods.

Akibat aksi peretasan Gonzales dan 11 orang temannya, sekitar 94 juta data kartu kredit dari pelanggan TJX diekspos secara global. Kasus yang mencuat di tahun 2006 ini membuat Gonzales harus mendekam di penjara selama 40 tahun. Salah satu alasan mudahnya peretasan situs TJX tidak lain akibat absennya firewall yang sejatinya bertugas untuk mengamankan situs tersebut.

10. Pencurian 134 juta data pelanggan Heartland Payment Systems


Tidak hanya dikenal bertanggung jawab terhadap kasus peretasan situs perusahaan TJX. Albert Gonzales juga dinyatakan berada dibalik kasus peretasan database milik perusahaan penyedia layanan transaksi kartu kredit Heartland Payment Systems. Lingkup transaksi yang luas di jaringan perusahaan tersebut membuat Gonzales dkk tidak ragu untuk mendapat data dari server Heartland Payment Systems.

Jumlah akhir data kartu kredit yang didapat pun cukup fantastis, hingga 134 juta kartu kredit. Jika dari setiap kartu tersebut, Gonzales hanya menarik 1 dolar saja, keuntungan yang didapat sudah mencapai USD 134 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun. Dalam kasus ini, Gonzales tetap menggunakan virus SpyWare untuk mendapatkan jutaan data pengguna tersebut.

0 comments:

Post a Comment